Angling Anggap Mukjizat

Angling Anggap Mukjizat

JOGJA – Rencana pengukuhan KPH Anglingkusumo sebagai KGPAA Paku Alam IX oleh LSM Serikat Masyarakat Sejahtera (Semesta) di Gunungkidul kemarin (3/5) tidak terealisasi. Tapi, bukan berarti pengukuhan gagal total.
Pengukuhan tetap berlangsung. Hanya, lokasinya dipindah ke rumah Anglingkusumo di Jalan Harjowinatan 4-6 Purwokinanti, Jogja sekitar pukul 14.30. 
Angling menganggap pengukuhan yang bermula dari masyarakat itu laiknya mukjizat. ”Saya sudah sabar selama 13 tahun. Selama itu pula dari pihak sana (PA IX Ambarkusumo yang kini bertakhta) tidak ada niat baik untuk rekonsiliasi. Tapi akhirnya ada mukzijat (masyarakat mengukuhkannya sebagai PA IX),” katanya.
Puluhan orang memenuhi rumah yang masih berada di kompleks Pura Pakualaman tersebut. Selain anggota Semesta, hadir pula anggota Masyarakat Adikarto dan Masyarakat Adat Sabang-Merauke.
Pengukuhan berjalan lancar. Prosesinya sederhana. Perwakilan Semesta hanya membacakan piagam pengukuhan. Setelah itu, Angling menyerahkan bukunya yang berjudul Janji yang Belum Terlaksana dari Sebuah Dinasti yang Terkoyak.
”Kami putuskan untuk memindahkan tempat pengukuhan dari Gunungkidul ke sini (rumah Angling) agar tidak dikatain, ’pengukuhan kok di jalanan’,” ujar Salmon Wibawanto, juru bicara Semesta, usai pengukuhan.
Salmon menampik dugaan yang menyatakan pemindahan lokasi pengukuhan dikarenakan ada ancaman dari kelompok lain. ”Tidak ada ancaman apapun. Dari tadi biasa-biasa saja,” ujar dia.
Sebelum tiba di rumah Angling, puluhan anggota Semesta melakukan doa bersama di Pantai Sepanjang Gunungkidul sekitar pukul 09.30. Mereka berharap pengukuhan bisa berjalan lancar. ”Selama di pantai sepanjang tidak ada Pak Angling. Beliau kami beritahu bahwa kami akan melakukan pengukuhan sesaat sebelum pergi dari Sepanjang,” jelas dia.
Berbeda dengan pelantikan di Kulonprogo, kali ini putra PA VIII dari garwa dalem KRAy Retnoningrum tersebut mengaku sudah tahu akan ada pengukuhan yang dilakukan Semesta. ”Ya nggak mungkin lah nggak tahu. Wong saya sudah baca beritanya di Radar (Radar Jogja) kok,” paparnya.
Angling menyambut dengan senang hati pengukuhan dan dukungan yang diberikan masyarakat kepadanya. Dia berjanji menjalankan amanat yang telah diberikan masyarakat sebaik mungkin. ”Bersama ini, saya Anglingkusumo, menerima pengukuhan ini sebagai Paku Alam IX,” lanjut dia.
Dia mengaku tidak ada masalah menjalankan amanah sebagai PA IX di tengah kemelut antara dirinya dengan PA IX yang kini bertakhta, Ambarkusumo. Dia merasa santai saja dengan konflik tersebut.
Disinggung mengenai apakah pengukuhan akan diteruskan dilaksanakan oleh elemen masyarakat di kabupaten lain di DIJ, Angling tertawa kecil. ”Yang melakukan pengukuhan bukan saya, melainkan masyarakat,” lanjut dia.
Menanggapi pernyataan Polda DIJ yang tidak akan memproses laporan Angling dan meminta Pura Pakualaman menyelesaikan secara internal kemelut yang ada, Angling melempar senyum. ”Ya kalau mau internal, sana (Ambarkusumo) dulu yang mulai. Saya bukan anak tertua. Kalau mau eksekusi sendiri ya nggak bisa. Saya juga ahli waris,” tegasnya.
Angga Pratama HP dari Himpunan Masyarakat Sabang-Merauke menegaskan, pihaknya tidak mau ikut campur dalam permasalahan internal Pura Pakualaman. Pada dasarnya, lanjut dia, pengukuhan tersebut adalah bentuk dukungan dari masyarakat kepada Angling berdasarkan fakta sejarah di Pura Pakualaman.
”Kami tidak ingin ikut campur masalah suksesi. Yang jelas, nanti akan kami serahkan pada kerabat Pakualaman,” tandasnya. http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/24856-angling-anggap-mukjizat.html